Minggu, 23 Agustus 2009

http://www.mail-archive.com/iagi-net@iagi.or.id/msg21025.html

Dalam sejarah terdapat tesis bahwa kerajaan yang berhasil adalah kerajaan
yang menguasai seluruh aliran sungai dari hulu sampai hilir sebab ini
mengkombinasi pedalaman yang agraris dan muara sungai sampai laut yang maritim.
Sejarah Indonesia telah membuktikan kerajaan-kerajaan yang berhasil semacam
itu, yaitu Kahuripan Erlangga, Singhasari Kertanegara, dan Majapahit Raden
Wijaya-Hayam Wuruk.

Indonesia masa kini : sektor agraris terbengkalai sehingga kedelai dan beras
harus diimpor, laut yang luas banyak didatangi kapal2 asing pencuri ikan dan
tepi wilayah lautnya dirongrong terus banyak negara tetangga mengganggu
kedaulatan wawasan Nusantara. Seharusnya kita menggali kembali kejayaan masa
lalu. Masa lalu adalah benar bahwa “jalesveva jayamahe” – justru di laut kita
jaya !

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, laut menghubungkan
sekitar 17.000 pulau-pulaunya. Maka, seharusnya budaya bahari mengakar kuat di
setiap manusia Indonesia.

Kejayaan bahari pertama dalam skala besar ditunjukkan oleh Kerajaan
Sriwijaya. Bagaimana konstruksi kapal mereka saat itu (abad ke-7) bisa dilihat
di sebuah relief di dinding Candi Borobudur yang terkenal itu. Van Erp, seorang
ahli arkeologi zaman Belanda di Indonesia, pernah khusus mempelajari sebelas
relief kapal laut di candi Budha terbesar di dunia ini. Ia berkesimpulan bahwa
kapal2 itu dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok : perahu lesung sederhana,
perahu lesung yang dipertinggi dengan cadik, dan perahu tanpa cadik.

Bagaimana Sriwijaya bisa menguasai lautan Nusantara di wilayah seluruh
Sumatra sampai Malaya sekarang adalah karena kebijaksanaannya dalam
memperkerjakan suku Orang Laut yang piawai dalam teknologi pembuatan kapal dan
strategi perang laut. Suku Orang Laut mendiami daerah muara sunga-sungai dan
hutan bakau di pantai timur Sumatera, Kepulauan Riau, dan pantai barat
Semenanjung Malaya. Waktu itu, Sriwijaya telah berhasil menjadi kekuatan
perdana dalam sejarah Nusantara yang mendominasi wilayah sekitar perairan
timur Pulau Sumatera, yang merupakan jalur kunci perdagangan dan pelayaran
internasional (sampai saat ini). Ia bergerak ke perairan Laut Jawa untuk
menguasai jalur pelayaran rempah-rempah dan bahan pangan hasil pertanian.

Sayang, Sriwijaya hanya negara maritim dan bukan agraris juga, maka ia tak
bertahan lama. Seperti saya sebutkan di awal, pengalaman sejarah menunjukkan
bahwa kota pelabuhan harus ditopang oleh hasil pertanian yang menjadi komoditas
unggulan dari wilayah pedalaman. Ketangguhan agraria dan maritim adalah
pilar-pilar utama untuk kejayaan Nusantara.

Ketangguhan agraris dan maritim pertama kali ditunjukkan oleh Singhasari di
bawah pemerintahan Kertanegara pada abad ke-13. Cikal bakal kerajaan ini sejak
abad ke-10 oleh Medang, Kahuripan, lalu Kediri telah punya basis yang kuat
menguasai seluruh aliran sungai Brantas dari hulu sampai hilirnya, meramu
kekuatan agraria dan maritim. Maka saat Kertanegara tampil, politik ekspansinya
menguasai lautan Nusantara menjadi mulus.

Dalam Kakawin (babad, cerita, kitab) Negarakertagama Kertanegara telah
mendengungkan perluasan cakrawala mandala ke luar Pulau Jawa, yang meliputi
daerah seluruh dwipantara. Dengan kekuatan armada laut yang tidak ada
tandingannya, pada tahun 1275 Kertanegara mengirimkan ekspedisi bahari ke
Kerajaan Melayu dan Campa untuk menjalin persahabatan agar bersama2 dapat
menghambat gerak maju Kerajaan Mongol ke Asia Tenggara. Tahun 1284, ia
menaklukkan Bali dalam ekspedisi laut ke timur. Dua pilar utama kekuatan
agraris dan maritim telah membawa Kertanegara menaklukan : Pahang, Melayu,
Gurun (Indonesia Timur), Bakulapura (Kalimantan BD), Sunda, Madura, dan seluruh
Jawa. Sekalipun lautan menjadi perhatian utamanya, Kertanegara tidak pernah
“luput ing madal” (lupa daratan), ia memperkuat sektor agrarianya.

Puncak kejayaan bahari tercapai pada abad ke-14 ketika Majapahit menguasai
seluruh Nusantara bahkan pengaruhnya meluas sampai ke negara-negara asing
tetangganya. Kerajaan Majapahit di bawah Raden Wijaya, Hayam Wuruk, dan Gajah
Mada telah berkembang pesat menjadi kerajaan besar yang mampu memberikan
jaminan bagi keamanan perdagangan di wilayah Nusantara.

Visi dan keinginan kuat untuk membangun kerajaan yang mengedepankan kekuatan
maritim dan agrarian telah menjadi tekad Raden Wijaya, anak menantu
Kertanegara. Visi itu diwujudkan dengan memilih lokasi ibukota Kerajaan
Majapahit di daerah Tarik di hilir sungai Brantas dengan maksud memudahkan
pengawasan perdagangan pesisir dan sekaligus dapat mengendalikan produksi
pertanian di pedalaman.

Penyatuan Nusantara oleh Majapahit melalui ekspedisi2 bahari dimulai tak lama
setelah Mahapatih Gajah Mada mengucapkan sumpah Palapa yang terkenal itu pada
tahun 1334 : tan amukti palapa, “Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun
amukita palapa. Sira Gajah Mada lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti
palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, ring Doran, Tanjungpura, ring Haru,
ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang,Tumasik, samana ingsun amukti
Palapa”

Ekspansi bahari ini tercatat dalam Negara Kertagama anggitan Mpu Prapanca
pada tahun 1365. Buku ini membagi wilayah kekuasaan Majapahit dalam empat
kelompok wilayah : (1) wilayah2 Melayu dan Sumatera : Jambi, Palembang, Samudra
dan Lamori (Aceh), (2) wilayah2 di Tanjung Negara (Kalimantan) dan Tringgano
(Trengganu), (3) wilayah2 di sekitar Tumasik (Singapura), (4) wilayah2 di
sebelah timur Pulau Jawa (Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku sampai Irian).
Daftar lengkap nama2 wilayah taklukan Majapahit tersebut ada di buku Fruin-Mess
(1919) “Geschiedenis van Java” halaman 82-84 (Fruin-Mess mengumpulkannya
berdasarkan Pararaton, Negara Kertagama, dan Hikayat Raja-Raja Pasai).
Fruin-Mess (1919) menulis di halaman 84 (diterjemahkan dari bahasa Belanda),
“Dengan demikian, orang akan melihat bahwa luas wilayah Majapahit kurang lebih
sama dengan wilayah Hindia Belanda dikurangi dengan Jawa Barat karena dalam
daftar tak disebutkan nama Pasundan”

Bahkan juga terungkap dalam catatan sejarah bahwa pengaruh Kerajaan Majapahit
telah sampai kepada beberapa wilayah negara asing : Siam, Ayuthia, Lagor, Campa
(Kamboja), Anam, India, Filipina, China.

Sekarang menjawab pertanyaan Andi :

Keberhasilan Kerajaan Majapahit mewujudkan visi Sumpah Palapa, selain dibakar
semangat kebangsaan patriotik di bawah komando Mahapatih Gajah Mada, juga
banyak disumbang oleh keberhasilan Majapahit dalam mengembangkan teknologi
bahari berupa kapal bercadik yang menjadi tumpuan utama kekuatan armada
lautnya. Gambaran model konstruksi kapal bercadik sejak zaman Sriwijaya,
Singhasari, dan Majapahit telah terpahat rapih pada relief Candi Borobudur
seperti diterangkan di atas. Armada laut Majapahit ini didukung oleh
persenjataan andalan berupa meriam hasil rampasan dari bala tentara Kubilai
Khan ketika menyerang Kediri (atas tipudaya Raden Wijaya) dan roket (sekarang
peluru kendali) yang ditiru Majapahit dari peralatan perang Kubilai Khan itu.
Peralatan militer Majapahit ini dapat dibaca lebih lanjut di buku Jawaharlal
Nehru (1964) : A Glimpses of World History – Oxford University Press, New York,
atau Pramudya Toer (1998) : Hoakiau di Indonesia – Garba
Budaya, Jakarta.
Sementara kapal2 armada zaman Sriwijaya-Singhasari bisa dilihat di buku Anthony
Reid (1996) : Indonesian Heritage : Early Modern History – Archipelago Press,
Jakarta, atau Djoko Pramono (2005) : Budaya Bahari – Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

Tradisi Kerajaan Majapahit tidak banyak mendirikan candi, di pusat
kerajaannya pun dan di seluruh Jawa Timur tak banyak candi yang
ditinggalkannya, tak sampai lima candi telah ditemukan (misalnya candi Tikus di
utara Tulung Agung dan Bajang Ratu di Trowulan), itu pun sangat sederhana,
terbuat dari bata merah, tanah lempung yang dibakar; berbeda dengan candi-candi
Mataram Budha, Hindu atau Syiwa di Jawa Tengah yang raja-rajanya gemar
mendirikan candi yang massif dan besar terbuat dari batuan andesit. Maka, di
wilayah pusat Kerajaan Majapahit pun langka ditemukan candi2 atau bentuk
bangunan peninggalan lain, apalagi di daerah taklukannya. Kalaupun ada,
seberapa besar daya tahan bangunan terbuat dari bata merah dibandingkan andesit
? Bukti2 wilayah penaklukan Majapahit tercatat dalam babad-babad sejarah yang
sezaman atau hampir sezaman dengan periode penaklukannya.

Demikian, semoga kejayaan bahari masa lalu membuat kita menghargai lautan dan
sekitar 17.000 pulau yang menyusun Nusantara.

Salam,
awang



0 komentar:

Posting Komentar